Sabtu, 16 April 2011

Tuhan Tak Pernah Tidur, Sesungguhnya Kau Lebih Beruntung

Seorang pengemis yang selalu menyesali hidupnya, suatu hari di pinggir jalanan yang penuh debu karna mobil-mobil mewah yang lalu-lalang ia berkata,"tuhan, kenapa kau tak adil. Siang malam aku berdoa pada mu tapi kau tak pernah mendengarkan dan mengabulkan doa ku?". Sepertinya  ia mulai frustrasi dengan kondisi hidupnya yang terlalu miskin, kasihan memang tapi itu adalah takdirnya menjadi orang miskin. Si pengemis itu selalu "mangkal" di lampu merah jalan Jendral Ahmadyani setiap hari dari pagi sampai menjelang magrib. Setiap hari pula mobil-mobil mewah melintasi jalan tersebut begitu juga Pak Riswana, 

seorang direktur yang senang berbagi dengan si pengemis tadi. Setiap hari si pengemis selalu di beri sedikit rezeki oleh pak Riswana. Si pengemis selalu bertanya pada diri nya "kapan aku bisa seperti pak riswana ya?", si pengemis sangat iri melihat pak riswana yang hidup enak dengan banyak uang dan selalu naik mobil mewah. Si pengemis tak hentinya selalu berdoa kepada tuhan agar bisa seperti pak riswana yang hidup enak, tidak seperti dia yang miskin dan tak punya apa-apa.

Suatu haru di lampu merah jalan Jendral Ahmadyani tempat biasa si pengemis "mangkal", si pengemis itu melihat mobil hitam mengkilat yang tak lain adalah mobil pak riswana, dihampirinyalah mobil pak riswana tersebut. Si pengemis sedikit bingung karna melihat wajah pak riswana yang begitu murung dan sedih serta matanya terlihat bengkak seperti habis menagis. "selamat siang pak riswana, tumben pak pak masih siang sudah pulang kantor?" tanya si pengemis, pak riswana hanya sedikit tersenyum, biasanya pak riswana sangat ramah dengan si pengemis. Si pengemis sedikit heran namun tidak menghiraukannya. Selama beberapa 
hari pak riswana terlihat seperti itu dan si pengemis mulai menyadarinya. 

Suatu hari di lampu merah biasa, si pengemis menghampiri mobil pak riswana dan kembali mencoba menyapa nya, namun kali ini si pengemis mendapat sambutan lain."pak boleh kita mengobrol sedikit di pinggir jalan sana?" tanya pak riswan kepada si pengemis. Di pinggir jalan yang ramai, di bawah pohon yang menyejukan mereka pak riswana mengobrol dengan si pengemis. "ada apa pak riswana tumben mengajak saya ngobrol 
seperti ini apa bapak tidak malu kalau ada teman bapak yang melihat bapak sedang mengobrol dengan gembel seperti saya?" tanya si pengemis. "buat apa malu, kita kan sesama manusia. sebenarnya saya butuh teman untuk mengobrol dan bercerita pak" jawab pak riswana. mereka berdua terlibat dengan obrolan yang serius.

Pak riswana yang biasanya terlihat baik,ramah,dan santun ternyata sedang mendapat pukulan keras dari tuhan. Istrinya sakit-sakitan, anak nya yang perempuan hamil di luar nikah dan tidak tahu siapa ayah dari anak yang di kandung nya, dan anaknya yang lelaki kabur dari rumah dan entah ada di mana. Pak riswana menceritakan semuanya kepada si pengemis itu, bahkan pak riswana memandang lebih baik menjadi seorang pengemis yang hidupnya miskin namun tetap senang dari pada banyak uang tapi hidupnya penuh cobaan. si pengemispun mencoba menenangkan pak riswana yang terlihat sangat putus asa. Mendengar cerita pak riswana tadi si pengemis merasa bahwa hidupnya ternyata lebih indah ketimbang pak riswana yang penuh cobaan. Meskipun hidup dengan miskin si pengemis tetap bisa merasa bahagia, biasa tertawa meskipun perut lapar, tidak seperti pak riswana yang begitu berat hidupnya karna cobaan yang datang bertubi-tubi.

Selang beberapa hari istri pak riswana meninggal dan anak perempuannya mati bunuh diri karna tak kuat menahan rasa malu atas apa yang menimpanya, dan pada saat itulah pak riswana berada pada titik terberat dalam hidupnya. Karna merasa kesepian akhirnya pak riswana mengajak si pengemis tadi menjadi sopir pribadinya sekaligus menjadi teman di saat kesepian. Kini, si pengemis punya penghasilan lumayan untuk menghidupi dirinya ketimbang menjadi pengemis dan tinggal di rumah mewah bersama pak riswana. 

Si pengemis sadar bahwa hidup bukan sekedar memiliki uang banyak dan harta berlimpah, namun yang terpenting dari hidup adalah bisa tertawa, merasa bahagia, dan selalu tersenyum. Uang hanya bagian, bagian dari hidup yang hanya di titipkan oleh tuhan. Yang terpenting adalah kebahagiaan karna hidup bukan hanya tentang harta.

Ini bukanlah kisah nyata, saya menulis kisah ini karna terinpirasi oleh buku milik teman saya. Intinya adalah 

"tuhan itu baik, dan hidup itu bukan sekedar punya uang banyak. kebahagian adalah yang terpenting."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar